Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengaku mendapat banyak ejekan saat memutuskan bergabung dengan Kabinet Indonesia Maju. Namun, kala itu, dia tak mau ambil pusing. "Dulu banyak yang mengejek saya, tapi tidak, ini buktinya," kata Prabowo dalam acara Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat (PPAD) di Sentul
jokowivs prabowo epic rap battle by skiny indonesian 24 #shorts #rapbattle #jokowidodo
Covid19Trending; The Latest. Boris Johnson dopustuje v Sloveniji. Boris Johnson dopustuje v Sloveniji. Boris Johnson dopustuje v Sloveniji. Kedusto Saya Gabung Presiden Jokowi Tidak Salah Department 한겨레 신문 한겨레 하니TV 포토 커뮤니티 오피니언 스페셜
DataGoogle Trends 17 April 2019 antara Jokowi vs Prabowo dimenangkan oleh Prabowo dengan angka yang cukup telak, simak ulasannya disini!. Berdasarkan pantauan Kitakini News dari Google Trends yang dilakukan setiap satu jam sekali mulai Pukul 06.00 WIB hingga Pukul 14.10 WIB, tingkat popularitas Prabowo berada di angka rata-rata 55,38%.
AKURATCO, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Irjen Ferdy Sambo dari jabatannya sebagai Kadiv Propam Polri.Sambo dimutasi jadi perwira tinggi (pati) Pelayanan Markas (Yanma) Polri. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mencopot Irjen Ferdy Sambo dan tertuang dalam telegram TR bernomor ST:1628/VIII/KEP/2022, yang ditandatangani 4 Agustus 2022.
Datagoogle trend satu minggu terakhir menunjukkan popularitas pencarian pasangan Prabowo-Sandi Uno lebih unggul dari pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Data ini diambil pada hari Jumat (8/2/2019) Pukul 15.49 WIB untuk periode 7 hari terakhir, mulai tanggal 1 Januari 2019 pukul 15.49 WIB hingga tanggal 8 Februari 2019 Pukul 15.49 WIB. Berdasarkan pantauan Kitakini News, dari 34 wilayah []
PrabowoVs Jokowi . 25 Oktober 2019 01:47 Diperbarui: 25 Oktober 2019 02:33 84 0 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto Source: Kompas.com. Banyak yang kesal kenapa Jokowi mengajak Prabowo bergabung dalam kabinet Indonesia Maju. Sebetulnya ini bisa dimengerti. Kita cuma memandang dari satu sudut pandang emosinal saja sementara Jokowi
Kamis 05 Juni 2014 - 12:46 WIB. Analisis Gaya Kepemimpinan Prabowo vs Jokowi. A A A. MENJELANG Pilpres 2014, kepemimpinan menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Seluruh rakyat Indonesia akan mengambil bagian dalam menentukan nasib bangsa Indonesia dalam lima tahun ke depan dengan memilih siapa yang akan menjadi pemimpinnya (baca presiden).
Liputan6com, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) Prabowo Subianto memberi apresiasi tinggi atas kesuksesan wakil Indonesia di Kejuaraan Dunia Pencak Silat. Seperti diberitakan sebelumnya, penggawa Merah Putih berhasil menyabet predikat juara umum dalam 19th World Pencak Silat Championship yang berlangsung di Melaka International Trade Centre (MITC
Strechlining hemline above knee burgundy glossy silk complete hid zip little catches rayon. Tunic weaved strech calfskin spaghetti straps
DDzFt1B. Indonesians will next month cast their votes in their third presidential election since the end of president Suharto’s “New Order” regime in 1998. The new democracy has struggled to establish effective and clean governance. Parts of Indonesian politics have been slow to reform, including the political culture that supports corruption and the vested interests of members of the political, military and business elite. The big question around the July 9 election is whether it will be able to provide a new kind of political leadership. In Indonesian politics, high-profile figures from the old regime continue to play important roles alongside emerging leaders. In the 2014 presidential elections, voters have a choice between the old and new guard former military general Prabowo Subianto and Jakarta governor Joko “Jokowi” Widodo. The candidates Prabowo is the son of president Suharto’s trade minister and an established member of the political and military elite. He was a protégé and former son-in-law of Suharto. Prabowo is a controversial figure in Indonesian politics. He was removed from his army command following allegations of human rights violations in 1998. Unlike Prabowo, Jokowi comes from a poor background. He worked his way up to mayor of the mid-sized town of Solo and then to governor of Jakarta in 2012. He has a unique blusukan management style, which includes making unannounced visits to the streets to find out problems on the ground. Jokowi’s candidacy has been portrayed as an opportunity for Indonesia to break away from the old order. However, this is only partially true. He is backed by the Indonesian Democratic Party of Struggle PDIP, chaired by former president Megawati Sukarnoputri, the daughter of Indonesia’s first president Sukarno. Nevertheless, Jokowi is a rather unconventional presidential candidate. He has been reluctant to do the big political speeches that are a regular feature of Indonesian politics. Both candidates have sought to distance themselves from current president Susilo Bambang Yudhoyono, whose popularity plunged in his second term due to high profile corruption scandals and a reputation for indecisiveness. Prabowo has carefully created an experienced strongman’ image with a “firm and decisive” leadership style. Jokowi has stuck to his reputation for listening to ordinary citizens and clean governance. Corruption is the key issue According to Transparency International, 89% of Indonesians view the parliament as either corrupt or extremely corrupt. It is not surprising that this was one of the key themes of the first presidential debate held on June 9. The candidates answered questions relating to democratic development, clean government and legal certainty. Both teams agreed on the importance of improving democracy in Indonesia. Jokowi, supported by his vice-presidential nominee Jusuf Kalla, argued that democracy is about “listening to the people’s voices”. He suggested reforming political parties to reduce corruption. Subianto, with his vice-presidential nominee Hatta Rajasa, promised to increase the salaries of law enforcers. While candidates agreed they would strengthen the Corruption Eradication Commission, the debate highlighted the lack of a comprehensive corruption policy from either candidate. This reflects the importance of charisma in Indonesian political culture. Voter recognition is more likely to determine electoral results than developed policy. A key moment in the debate was when Kalla asked Prabowo how he would resolve past human rights violations. Through Kalla, the Jokowi campaign has been clearly attempting to remind voters of allegations that Prabowo was involved in the kidnapping of pro-democracy activists. It is unclear how this human rights issue may play out during the rest of the campaign. Many Indonesians have resented the perceived “special treatment” of military leaders regarding the punishment of crimes. However, there is a risk for the Jokowi campaign that focusing too much attention on Prabowo’s past may invoke sympathy among voters. Economic policies The second debate on June 15 focused on the economy and welfare. There is little difference in Prabowo and Jokowi’s economic policies. They have both expressed similar beliefs in economic nationalism and protectionism. They have also appealed to the populist idea that there is too much foreign ownership in Indonesia. During the debate, Jokowi focused on the importance of small business and gave specific examples from his political experience. This approach could backfire if voters do not trust that he has the experience to run the world’s third largest democracy. Prabowo, on the other hand, focused on broader economic issues, promising to seal budgetary leaks and blaming foreign investors for exploiting Indonesia’s resources. According to Indonesian newspapers Kompas, The Jakarta Post and The Jakarta Globe, most agreed that Jokowi won the first debate. However, he failed to achieve a knockout blow’. While Jokowi has been the front-runner for over a year, the gap between the two candidates is closing. Some recent polls now have Prabowo ahead of Jokowi. Jokowi’s style of grassroots campaigning might work in Solo or even Jakarta. However, in a nation of over 190 million registered voters across 6000 inhabited islands, reaching out to the broader nation will be critical.
- Melihat panasnya Pemilihan Presiden 2019 yang mempertemukan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno sepertinya cukup seru untuk melihat bagaimana popularitas kedua pasangan ini di Google Trends. Untuk melihat popularitas kedua pasangan ini di Google Trends, berikut ulasan dari hasil pantauan tim Dari data pada halaman Google Trends, di kawasan Indonesia selama 7 hari terakhir, pasangan Prabowo-Sandiaga Uno sukses mengungguli pasangan Jokowi-Amin. Baca Juga Dijual Rp 2 Jutaan, Ini Komparasi Samsung Galaxy M20 dan Huawei Y7 Pro 2019 Membandingkan keduanya, kata kunci 'Prabowo Sandi' dengan warna biru punya grafik yang bergerak jauh lebih tinggi dan mengalahkan kata kunci 'Jokowi Amin' dengan warna merah. Kata kunci 'Prabowo Sandi' sukses mencetak rata-rata 70 jika dibandingkan dengan 'Jokowi Amin' yang hanya mencetak angka rata-rata 43. Google Trends Prabowo Sandi dan Jokowi Amin. Google TrendsDari pemetaan pencarian pada seluruh daerah Indonesia juga terlihat bahwa 'Prabowo Sandi' jauh lebih unggul jika dibandingkan dengan pasangan nomor urut 1, 'Jokowi Amin'. Baca Juga Bersiap, Pemilik Drone Kali Ini Wajib Memiliki ID Beberapa kata kunci yang terkait dengan 'Prabowo Sandi' adalah 'Prabowo sandi komitmen syariat islam' hingga 'Prabowo shalat jumat'. Sedangkan untuk pasangan 'Jokowi Amin', kata kunci yang terkait dengan pencarian ini adalah 'Orang baik pilih orang baik' hingga 'Jokowi ke cianjur'. Google Trends Prabowo Sandi dan Jokowi Amin. Google TrendsSaat melihat perbandingan dari kata kunci 'Prabowo Subianto' dan 'Joko Widodo', hasilnya cukup beda tipis. Keduanya rupanya bersaing cukup ketat. Baca Juga Gokil, YouTuber 73 Tahun Ini Memasak Porsi Besar untuk Anak Yatim Namun, Prabowo sukses ungguli Jokowi dengan nilai rata-rata 55, sedangkan Jokowi hanya mampu mendapat angka rata-rata 48. Google Trends Prabowo Sandi dan Jokowi Amin. Google TrendsHal ini memang tidak terkait dengan bagaimana pasangan ini saling mengungguli nantinya pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang. Google Trends sendiri dibuat berdasarkan data-data penelusuran yang terjadi pada mesin pencari Google. Hasilnya yang akan dianalisa dan menjadi patokan untuk Google Trends. Baca Juga Interogasi Pasangannya, Remaja Cewek Ini Bikin Cowok Auto Panik Data ini tidak bias dan bersifat anonim yang bisa dikategorikan dan dikelompokan. Adanya Google Trends ini membantu Google untuk mengerti minat penggunanya pada topik-topik tertentu. Google Trends ini pada dasarnya bisa menjadi patokan siapa saja yang ingin mengetahui topik atau kata kunci apa yang sedang hangat dan menjadi perbincangan di internet. Jika demikian, banyak netizen yang rupanya penasaran dengan sosok capres dan cawapres 2019, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno ini ya.
JAKARTA - Presiden Joko Widodo Jokowi menanggapi adanya proposal perdamaian untuk Rusia dan Ukraina dari Menteri Pertahanan Menhan Prabowo Subianto. Jelasnya, itu merupakan usulan pribadi dari Prabowo, bukan pemerintah. "Itu proposal dari Pak Prabowo sendiri," ujar Jokowi usai pembukaan rapat kerja nasional Rakernas III Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP, di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Selasa 6/6/2023. Jokowi akan memanggil Prabowo terkait proposal tersebut. Sebab, Jokowi mengaku belum bertemu Menteri Pertahanan itu hingga hari ini. "Hari ini atau besok akan saya undang, untuk minta penjelasan apa yang pak Menhan sampaikan" ujar Jokowi. Dalam Pertemuan Shangri-La Dialogue di Singapura, pada Sabtu 3/6/2023, Menteri Pertahanan Menhan RI Prabowo Subianto menyampaikan beberapa usulannya untuk resolusi konflik Rusia-Ukraina. Salah satu usulannya yakni segera dilakukan gencatan senjata di Ukraina. Prabowo mengatakan, Indonesia siap mengirimkan pasukan perdamaian guna mendukung diakhirinya perang di Eropa. Peperangan ini, jelas dia, sudah menyebabkan kerusakan luar biasa dan banyaknya rakyat sipil yang menjadi korban. “Yang pertama harus kita lakukan adalah meminta pihak Ukraina dan Rusia untuk menerapkan gencatan senjata,” kata Prabowo saat menjadi panelis pada pembahasan "Resolving Regional Tensions". BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini